Pages

Hi

Get Gifs at CodemySpace.com

Selasa, 29 November 2011

Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Hipotiroidisme

1Definisi
Berdasarkan kasus diatas, pasien mengalami Hipotiroidisme. Bila dilihat dari lokasi timbulnya masalah, pasien mengalami Hipotiroidisme jenis sekunder.
Hipotiroidisme adalah suatu keadaan dimana kelenjar tiroid kurang aktif dan menghasilkan terlalu sedikit hormon tiroid. Hipotiroid yang sangat berat disebut miksedema. Hipotiroidisme (tiroid kurang aktif) adalah suatu kondisi di mana kelenjar tiroid tidak cukup untuk memproduksi hormon tiroksin.
Hipotiroidisme adalah penyakit pada manusia dan vertebrata akibat kurangnya produksi hormon tiroid yang dihasilkan kelenjar tiroid. Pada tahap awal hipotiroidisme tidak menimbulkan gejala, tetapi dengan seiring waktu hipotiroidisme menyebabkan sejumlah masalah kesehatan, seperti obesitas, nyeri sendi, infertilitas dan penyakit jantung. Umumnya hipotiroidisme cenderung terjadi pada wanita di atas 50 tahun.
 
2. Etiologi
Hipotiroidisme mungkin disebabkan sejumlah faktor yang berbeda, termasuk :
  • Penyakit autoimun. Salah satu penyakit autoimun yang menyebabkan hipotiroidisme adalah tiroiditis Hashimoto. Penyakit autoimun terjadi ketika sistem kekebalan tubuh menghasilkan antibodi yang menyerang jaringan tubuh sendiri. Para ilmuwan berpendapat virus dan bakteri menjadi pemicu respon autoimun, sementara yang lain percaya cacat genetik menjadi penyebab proses autoimun.
  • Pengobatan untuk hipertiroidisme. Dalam beberapa kasus orang yang sedang menjalani pengobatan hipertiroid untuk mengurangi dan menormalkan fungsi tiroid dapat mengakibatkan hipotiroidisme permanen.
  • Terapi radiasi. Radiasi yang digunakan untuk mengobati kanker kepala dan leher dapat mempengaruhi kelenjar tiroid yang dapat mengakibatkan hipotiroidisme.
  • Operasi tiroid. pengangkatan semua atau sebagian kelenjar tiroid dapat mengurangi atau menghentikan produksi hormon tiroksin.
  • Obat tertentu. Sejumlah obat dapat berkontribusi terjadinya hipotiroidisme. Salah satu obat tersebut adalah lithium, yang digunakan untuk mengobati gangguan jiwa tertentu.
  • Selain faktor di atas, hipotiroidisme dapat terjadi karena salah satu dari faktor berikut yang sangat jarang terjadi :
  • Penyakit bawaan. Sekitar 1 dari 3.000 bayi di Amerika Serikat akan lahir dengan kelenjar tiroid rusak atau tidak ada kelenjar tiroid sama sekali. Hal itu disebabkan karena kelenjar tiroid tidak berkembang secara normal.
  • Gangguan hipofisis. Kegagalan kelenjar hipofisis untuk menghasilkan TSH yang cukup dapat menyebabkan hipotiroidisme yang biasanya disebabkan karena tumor jinak dari kelenjar hipofisis.
  • Kehamilan . Beberapa wanita mengalami hipotiroidisme selama atau setelah kehamilan (hipotiroidismeisme pasca-melahirkan), disebabkan karena mereka sering menghasilkan antibodi ke kelenjar tiroid mereka sendiri. Jika hipotiroidisme tidak diobati dapat meningkatkan risiko keguguran, kelahiran prematur dan preeclampsia.
  • Defisiensi yodium. Yodium sangat penting untuk produksi hormon tiroid. Di beberapa bagian dunia, defisiensi yodium adalah umum, tetapi penambahan yodium ke garam meja telah hampir menghilangkan.
3. Patofisiologi
Hipotiroidisme dapat terjadi akibat produksi hormon  tiroid tidak adekuat maka kelenjar tiroid akan berkompensasi untuk meningkatkan sekresinya sebagai respons terhadap rangsangan hormon TSH. Penurunan  hormon sekresi hormon kelenjar tiroid akan menurunkan laju metabolisme basal yang akan memepengaruhi semua sistem tubuh. Proses metabolik yang dipengaruhi antara lain:
1).Penurunan produksi asam  lambung (Aclorhidria)
2).Penurunan  motilitas usus
3).Penurunan detak jantung
4).Gangguan fungsi neurologik
5).Penurunan produksi panas, Penurunan hormon tiroid juga akan mengganggu metabolisme lemak dimana akan terjadi peningkatan kadar kolesterol dan trigliserida sehingga klien berpotensi mengalami atherosklerosis. Akumulasi proteoglicans hidrophilik di rongga intertisial seperti rongga pleura, cardiak dan abdominal sebagai tanda miksedema. Pembentukan eritrosit yang tidak optimal sebagai dampak dari menurunnya hormon tiroid memungkinkan klien mengalami anemi.
4. Patoflow
Terlampir

5. Klasifikasi
Bergantung pada lokasi timbulnya masalah:
·      Primer, bila timbul akibat proses patologis yang merusak kelenjar tirod
·      Sekunder, akibat defisiensi sekresi TSH hipofisis
Bergantung pada usia awitan hipotiroidisme:
·      Hipotiroidisme dewasa atau misedema
·      Hipotiroidisme juvenilis (timbulnya sesudah usia 1 sampai 2 tahun)
·      Hipotiroidisme congenital, atau kreatinin disebabkan oleh kekurangan hormone tiroid sebelum atau segera sesudah lahir
Add caption








6. Tanda dan Gejala
1.     Nafsu makan berkurang
2.    Sembelit
3.    Pertumbuhan tulang dan gigi yang lambat
4.    Suara serak dan berbicara lambat
5.    Kelopak mata turun dan alis mata rontok
6.    Wajah bengkak
7.    Rambut tipis, kering, dan kasar
8.    Kulit kering, kasar, bersisik, dan menebal
9.    Denyut nadi lambat
10. Gerakan tubuh lamban
11.  Lemah, pusing, capek dan pucat
12. Sakit pada sendi atau otot
13. Tidak tahan terhadap dingin
14. Depresi
15. Penurunan fungsi indera pengecapan dan penciuman
16. Keringat berkurang

3.7 Gambaran Klinis
1.     Kelambanan, perlambatan daya pikir, dan gerakan yang canggung lambat
2.    Penurunan frekuensi denyut jantung, pembesaran jantung (jantung miksedema),dan penurunan curah jantung
3.    Pembengkakkan dan edema kulit, terutama di bawah mata dan di pergelangan kaki
4.    Penurunan kecepatan metabolisme, penurunan kebutuhan kalori, penurunan nafsu makan dan penyerapan zat gizi dari saluran pencernaan
5.    Konstipasi
6.    Perubahan-perubahan dalam fungsi reproduksi
7.    Kulit kering dan bersisik serta rambut kepala dan tubuh yang tipis dan rapuh

3.8  Komplikasi
Koma miksedema adalah situasi yang mengancam nyawa yang ditandai oleh eksaserbasi (perburukan) semua gejala hipotiroidisme termasuk hipotermi tanpa menggigil, hipotensi, hipoglikemia, hipoventilasi, dan penurunan kesadaran hingga koma. Kematian dapat terjadi apabila tidak diberikan HT dan stabilisasi semua gejala. Dalam keadaan darurat (misalnya koma miksedem), hormon tiroid bisa diberikan secara intravena.
Hipotiroidisme diobati dengan menggantikan kekurangan hormon tiroid, yaitu dengan memberikan sediaan per-oral (lewat mulut). Yang banyak disukai adalah hormon tiroid buatan T4. Bentuk yanglain adalah tiroid yang dikeringkan (diperoleh dari kelenjar tiroid hewan).
Pengobatan pada penderita usia lanjut dimulai dengan hormon tiroid dosis rendah, karena dosis yang terlalu tinggi bisa menyebabkan efek samping yang serius. Dosisnya diturunkan secara bertahap sampai kadar TSH kembali normal. Obat ini biasanya terus diminum sepanjang hidup penderita.
Pengobatan selalu mencakup pemberian tiroksin sintetik sebagai pengganti hormon tiroid. Apabila penyebab hipotiroidism berkaitan dengan tumor susunan saraf pusat, maka dapat diberikan kemoterapi, radiasi, atau pembedahan.

3.9  Pemeriksaan Laboraturium
Dari hasil tes darah, didapatkan kadar hormon tiroksin yang rendah, kadar TSH yang tinggi yang menunjukkan kelenjar tiroid yang kurang aktif.
v  Tes T4 Serum
   Tes yang paling sering dilakukan adalah penentuan T4 serum dengan teknik radioimmunoassay atau pengikatan kompetitif. Kisaran T4 dalam serum yang normal beraada di antara 4,5 dan 11,5 µg/dl (58,5 hingga 150 nmol/L). T4 terikat terutama dengan TBG dan prealbumin; T3 terikat lebih longgar. T4 normalnya terikat dengan protein. Setiap faktor yang mengubah kadar T4. Penyakit sistemik yang serius, obat-obatan (yaitu; kontrasepsi oral, steroid, fenitoin, salisilat) dan penipisan protein sebagai akibat dari nefrosis serta penggunaan hormone androgen dapat mempengaruhi ketepatan hasil test.
v  Tes T3 serum
T3 serum mengukur kandungan T3 bebas dan terikat, atau T3 total, dalam serum. Sekresinya terjadi sebagai respons terhadap sekresi TSH dan T4. Meskipun kadar T3 dan T4 serum umumnya meningkat atau menurun secara bersama-sama, namun kadar T4 tampaknya merupakan tanda yang akurat untuk menunjukkan adanya hipertiroidisme, yang menyebabkan kenaikan kadar T3. Batas-batas normal untuk T3 serum adalah 70 hingga 20mg/dl (1,15 hingga 3,10 nmol/L).
v  Tes T3 Ambilan Resin
Tes T3 Ambilan Resin merupakan pemeriksaan untuk mengukur secaara tidak langsung kadar TBG tidak jenuh. Tujuannya adalah untuk menentukan jumlah hormon tiroid yang terikat dengan TBG dan jumlah tempat pengikatan yang ada. Pemeriksaan ini menghasilkan indeks jumlah hormone tiroid yang sudah ada dalam sirkulasi darah pasien. Normalnya, TBG tidak sepenuhnya jenuh dengan hormone tiroid, dan masih terdapat tempat-tempat kosong untuk mengikat T3 berlabel-radioiodium, yang ditambahkan ke dalam specimen darah pasien.  Nilai ambilan T3 yang normal adalah 25% hingga 35% (fraksi ambilan relatife: 0,25 hingga 0,35) yang menunjukkan bahwa kurang lebih dari sepertiga dari tempat yang ada pada TBG sudah ditempati oleh hormon tiroid. Jika jumlah tempat yang kosong rendah, seperti pada hipertiroidisme, maka ambilan T3 lebih besar dari 35% (0,35).
v  Tes TSH (Thyroid-Stimulating Hormone)
 TSH (Thyroid-Stimulating hormone) sekresi T3 dan T4 oleh kelenjar tiroid dikendalikan hormon stimulasi-tiroid (TSH atau tirotropin) dari kelenjar hipofisis anterior. Pengukuran konsentrasi TSH serum sangat penting artinya dalam menegakkan diagnosis serta penatalaksanaan kelainan tiroid dan untuk membedakan kelainan yang disebabkan oleh penyakit pada kelenjar tiroid sendiri dengan kelainan yang disebabkan oleh penyakit pada hipofisis atau hipotalamus.
v  Tes Radioimmunoassay TSH
Kadar TSH dalam serum dapat diukur dengan pemeriksaan radioimmunoassay. Peningkatan kadar TSH terjadi pada penderita hipotiroidisme primer. Uji-kadar imunoradiometrik untuk TSH menggunakan antibody monoclonal berlabel merupakanpemeriksaan dengan spesifisitas dan sensitivitas yang tinggi.
v  Tes Thyrotropin-Releasing Hormone
Tes stimulasi TRH merupakan cara langsung untuk memeriksa cadangan TSH di hipofisis dan akan sangat berguna apabila hasil tes T3 serta T4 tidak dapat dianalisa.
v  Tes Tiroglobulin
Tiroglobulin yang merupakan prekusor untuk T3 dan T4 dapat diukur kadarnya dalam serum dengan hasil yang bisa diandalkan melalui radioimmunoassay. Faktor-faktor yang meningkatkan atau menurunkan aktivitas kelenjar tiroid dan sekresi T3 serta T4 memiliki efek yang serupa terhadap sintesis dan sekresi tiroglobulin. Kadar tiroglobulin meningkat pada karrsinoma tiroid, hipertiroidisme dan tiroiditis subakut.  Kadar tiroglobulin juga dapat meningkat pada keadaan fisiologik yang normal seperti kehamilan. Peningkatan dan penurunan kadarnya dapat disebabkan oleh obat-obatan atau oleh tindakan diagnostic dan terapeutik yang meningkatkan kadar tiroglobulin serum untuk sementara waktu.
v  Ambilan Iodium Radioaktif
 Tes ambilan iodium radioaktif dilakukan untuk mengukur kecepatan pengambilan iodium oleh kelenjar tiroid. Kepada pasien disuntikkan I131 atau radiounuklida lainnya dengan dosis tracer, dan pengukuran pada tiroid dilakukan dengan alat pencacah skintilasi yang akan mendeteksi serta menghitung sinar gamma yang dilepaskan dari hasil penguraina I131 dalam kelenjar tiroid. Tes ini mengukur proporsi dosis iodium radioaktif yang diberikan yang terdapat dalam kelenjar tiroid pada waktu tertentu sesudah pemberiannya. Penderita hipertiroidisme akan mengalami penumpukkan I131 dalam proporsi yang tinggi (mencapai 90% pada sebagian pasien) sedangkan pada penderita hipotiroidisme memperlihatkan ambilan yang sangat rendah. 
v  Pemindaian-Radio atau Pemindai-Skintilasi tiroid
 Serupa dengan tes ambilan iodium radioaktif, dalam pemindaian tiroid digunakan alat detector skintilasi dengan focus kuat yang digerakkan maju mundurdalam suatu rangkaian jalur parallel dan secara progresif kemudian digerakkan kebawah. Teknik ini akan menghasilkan gambar visual yang menentukkan lokasi radioaktivitas di daerah yang dipindai.
v  Tes Fungsi Tiroid yang lain
    Pemeriksaan diagnostic lain dan prosedur pengkajian yang berguna untuk mendeteksi dan menegakkan diagnosis kelainan tiroid atau efek penyakit tiroid mencakup waktu reflex tendon Achilles (mengukur periode kontraksi dan relaksasi reflex tendon Achilles), kadar kolesterol serum, pemeriksaan enzim otot (alanin transminase [ALT] atau serum glutamic-pyruvic transaminase [SGPT], lactic acid dehydrogenase [LDH], dan creatine kinase [CK].

3.10       Pemeriksaan Fisik
Masalah fisik yang mungkin akan ditemukan pada penderita hipotiroidisme antara lain adalah lelah atau lesu, memiliki kulit kering, sembelit dan suara serak, atau memiliki masalah tiroid sebelumnya atau gondok. Kelenjar tiroid diinspeksi dan dipalpasi  secara rutin pada semua pasien. 
·      Pemeriksaan Fisik yang dilakukan meliputi :
    Kelenjar tiroid diinspeksi dan dipalpasi  secara rutin pada semua pasien. Daerah leher bagian bawah antara otot-otot sternokleidomastoideus diinspeksi untuk melihat apakah terdapat benjolan di sebelah anterior atau tampak asimetris. Pasien diminta untuk sedikit mengekstensikan lehernya dan menelan. Normalnya jaringan tiroid akan bergerak naik jika pasien menelan. Kemudian dilakukan palpasi tiroid untuk menentukan ukuran, bentuk, konsistensi, kesimetrisan dan adanya nyeri tekan.

3.11 Pemeriksaan Diagnostik:
ü EKG
Menunjukkan denyut jantung yang lambat dan voltase rendah dengan gelombang T mendatar atau terbalik
ü Pemeriksaan radiologi, rangka menunjukkan tulang yang mengalami keterlambatan dalam pertumbuhan, disegenesis epifisis, dan keterlambatan perkembangan gigi.

3.12 Penatalaksanaan Medis
v Farmakologi:
Pengobatan standar untuk hipotiroidisme adalah levothyroxine, yang merupakan hormon tiroid sintetis (Levothroid, Synthroid). Pengobatan oral ini akan mengembalikan kadar hormon tiroksin yang cukup di dalam tubuh. Satu sampai dua minggu setelah pengobatan dimulai, maka akan terlihat penderita tersebut akan merasa sedikit lelah. Pengobatan dengan levothyroxine biasanya seumur hidup, tetapi karena dosis yang dibutuhkan dapat berubah, maka dokter akan memeriksa tingkat TSH setiap tahun.
Selain penggunaan levothyroxine dapat pula pemberian tiroksin (LT 4) dan triiodothyronine (LT 3), biasanya dimulai dalam dosis rendah (50 µg/hari), khususnya pada pasien yang lebih tua atau pada pasien dengan miksedema berat, dan setelah beberapa hari atau minggu sedikit demi sedikit ditingkatkan sampai akhirnya mencapai dosis pemeliharaan maksimal 150 µg/hari.
v  Peran Perawat:
·      Membantu perawatan dan kebersihan pasien sambil dorong partipasi pasien untuk melakukan aktivitas yang masih berada dalam batas-batas toleransi yang ditetapkan untuk mencegah komplikasi mobilisasi.
·      Pemantauan tanda-tanda vital dan tingkat kognitif pasien selama penegakkan diagnosis dari awal terapi untuk mendeteksi : kemunduran status fisik serta mental, tanda-tanda serta gejala yang menunjukkan peningkatan laju metabolic akibat terapi yang melampaui kemampuan reaksi system kardiovaskular dan pernapasan, keterbatasan atau komplikasi miksedema yang berkelanjutan .
·      Ekstra pakaian dan selimut dapat diberikan, dan pasien harus dilindungi terhadap hembusan angin.
·      Dukung emosional
3.13 Rencana Asuhan Keperawatan
1.   Pengkajian :
·      DS :
-  Kelelahan,
-  Sulit berkontraksi,
-  Memorinya beberapa bulan yang lalu mulai berkurang,
-   Penurunan frekuensi peristaltik usus,
-  Peningkatan berat badan,
-  Menggigil ketika tidak menggunakan sweater, walaupun berada dicuaca yang hangat,
-  Riwayat kesehatan keluarga, ibu dan kakak perempuannya menderita hipotiroidisme.
·      DO :
-          TB : 5,5 inchi = 159,25 cm
-          BB : 125 pons = 56, 7 kg
-          TD : 138/88
-          N : 58x/menit
-          Wajah bengkak
-          Alisnya jarang tipis
-          Kelenjar tiroid teraba
-          Ketika di palpasi kelenjar tiroid terasa keras dengan perkiraan berat 25gr ( normal 15-20gr)
-          Refleks tendon berkontraksi normal, tapi relaksasi lama.
·      Analisa Data :
Data
Masalah
Etiologi
DS :
-  Kelelahan,
-  Sulit berkontraksi,
-  Memorinya beberapa bulan yang lalu mulai berkurang,
DO :
-          N : 58x/menit
-          Refleks tendon berkontraksi normal, tapi relaksasi lama.

Intoleransi aktivitas
Kelelahan dan penurunan proses kognitif

DS :
-  Menggigil ketika tidak menggunakan sweater, walaupun berada dicuaca yang hangat,
-  Riwayat kesehatan keluarga, ibu dan kakak perempuannya menderita hipotiroidisme.
DO :
-          BB : 125 pons = 56, 7 kg
-          TD : 138/88
-          N : 58x/menit
-          Ketika di palpasi kelenjar tiroid terasa keras dengan perkiraan berat 25gr ( normal 15-20gr)
Perubahan suhu berhubungan
Menggigil walaupun di cuaca yang hangat

·      DS :
-   Penurunan frekuensi peristaltik usus,
-  Peningkatan berat badan,
-  Riwayat kesehatan keluarga, ibu dan kakak perempuannya menderita hipotiroidisme.
·       DO :
-          BB : 125 pons = 56, 7 kg
-          Ketika di palpasi kelenjar tiroid terasa keras dengan perkiraan berat 25gr ( normal 15-20gr)


Konstipasi
Penurunan gastrointestinal


2.  Diagnosa keperawatan :
a)    Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan dan penurunan proses kognitif
b)   Perubahan suhu berhubungan dengan menggigil walaupun di cuaca yang hangat
c)    Konstipasi berhubungan dengan penurunan gastrointestinal
d)   Resiko Harga diri rendah berhubungan dengan Biofisik dan presepsi kognitif

3.   Asuhan Keperawatan :
1.   Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan dan penurunan proses kognitif.
Tujuan         : Meningkatkan partisipasi dalam aktivitas dan kemandirian.
Kriteria Hasil        :
·      Memperlihatkan perhatian dan kesadaran pada lingkungan
·      Berpartisipasi dalam aktivitas dan berbagai kejadian dalam lingkungan
·      Berpartisipasi dalam peristiwa dan aktifitas keluarga
·      Melaporkan tidak adanya rasa nyeri dada, peningkatan kelelahan atau gejala sesak nafas yang menyertai peningkatan aktivitas.
Intervensi Keperawatan
Rasional
Mandiri :
·      Atur interval waktu antar aktivitas untuk meningkatkan istirahat dan latihan yang dapat di tolerir.
·      Bantu aktivitas perawatan mandiri ketika pasien berada dalam keadaan lelah.
Edukasi :
·      Berikan stimulasi melalui percakapan dan aktivitas yang tidak menimbulkan stres.
Observasi :
·      Pantau respons pasien terhadap peningkatan aktivitas.


·      Mendorong aktivitas sambil memberikan kesempatan untuk mendapatkan istirahat yang adekuat.
·      Memberi kesempatan pada pasien untuk berpartisipasi dalam aktivitas perawatan – mandiri.
·      Meningkatkan perhatian tanpa terlalu menimbulkan stres pada pasien.

·      Menjaga pasien agar tidak melakukan aktivitas yang berlebihan atau kurang



2.  Perubahan suhu berhubungan dengan menggigil walaupun di cuaca yang hangat
Tujuan                   : Pemeliharaan suhu tubuh yang normal
Kriteria Hasil        :
·      Mengalami berkurangnya gangguan rasa nyaman dan intoleransi terhadap hawa dingin
·      Mempertahankan suhu tubuh dasar
·      Melaporkan rasa hangat yang adekuat dan berkurangnya gejala menggigil

Intervensi Keperawatan
Rasional
Mandiri :
·      Berikan tambahan lapisan pakaian atau tambahan selimut,
·      Hindari dan cegah penggunaan sumber panas dari luar ( misalnya, bantal pemanas, selimut listrik atau penghangat),
·      Lindungi terhadap pajanan hawa dingin dan hembusan angin,

Observasi :
·      Pantau suhu tubuh pasien dan melaporkan penurunannya dari nilai dasar suhu normal pasien.

·      Meminimalkan kehilangan panas

·      Menguranlatasi resiko vasodilatasi perifer dan kolaps vasculer


·      Meningkatkan tingkat kenyamanan pasien dan menurunkan lebih lanjut kehilangan panas.

·      Mendeteksi penurunan suhu tubuh dan dimulainya koma miksedema.

3.  Konstipasi berhubungan dengan penurunan gastrointestinal
Tujuan                   : Pemulihan fungsi usus yang normal
Kriteria Hsil          :
·      Mencapai pemulihan kepada fungsi usus yang normal
·      Melaporkan fungsi usus yang normal
·      Mengenali dan mengkonsumsi makanan yang kaya serat
·      Minum cairan sesuai dengan yang dianjurkan setiap hari
·      Menggunakan pencahar seperti yang diresepkan menghindari ketergantungan yang berlebihan pada pencahar serta enema.

Intervensi Keperawatan
Rasional
Mandiri :
·      Dorong peningkatan asupan cairan dalam batas – batas restriksi cairan.
·      Berikan makanan yang kaya akan serat

·      Dorong pasien untuk meningkatkan mobilitas dalam batas – batas toleransi latihan.
·      Dorong pasien untuk menggunakan pencahar dan enema hanya bila diperlukan saja.
Observasi :
·      Pantau fungsi usus

Edukasi :
·      Ajarkan kepada pasien tentang jenis – jenis makanan yang banyak mengandung air.

·      Meminimalkan kehilangan panas

·      Meningkatkan masa feses dan frekuensi buang air besar
·      Meningkatkan evakuasi usus


·      Menimalkan ketergantungan pasien pada pencahar serta enema, dan mendorong evcakuasi usus normal

·      Memungkinkan deteksi konstipasi dan pemulihan kepada pola defekasi yang normal.
·      Memberikan rasional peningkatan asupan cairan kepada pasien

Tidak ada komentar:

Posting Komentar